Teori Belajar Behavioristik - Pandangan tentang belajar yaitu Belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon).
Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik)
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan
g. dalam pemecahan problem, ciri khasnya "trial and error".
Termasuk teori belajar behavioristik:
Teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward Lee Thorndike.
Teori belajar classical conditioning dengan tokoh Pavlov.
Teori belajar Descriptive behaviorism atau operant conditioning dengan tokoh Skinner.
1. Teori Belajar Koneksionisme
Belajar dapat terjadi dengan
dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons. Agar tercapai
hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih
respons yang tepat serta melalui percobaan-percobaan ( trials ) dan kegagalan-kegagalan ( error) terlebih dahulu.
Hukum-hukum Belajar dari
Thorndike
Ada tiga hukum dasar ( hukum
primer) dan lima hukum tambahan. Adapun hukum dasar dari Thorndike adalah
sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
- Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan memberi kepuasan baginya, maka ia tidak melakukan tingkah laku lain.
- Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka tidak dilakukannya tingkah laku itu akan menimbul kekecewaan.
- Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku maka dilaksanakannya tingkah laku tersebut akan menimbulkan ketidak puasan.
- Bila seseorang belum siap
melakukan suatu tingkah laku maka tidak dilakukannya tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan.
2. Hukum latihan ( the law of exercise )
Prinsip utama belajar adalah
ulangan. Makin sering suatu pelajaran diulangi, makin dikuasailah pelajaran
tersebut, dan makin tidak pernah diulangi, pelajaran tersebut makin tidak dapat
dikuasai. Terdiri dari :
A. Hukum penggunaan ( "the law ofuse" )
Dengan latihan berulang-ulang
maka hubungan stimulus dan respons makin kuat.
B. Hukum tidak ada penggunaan ( "the law of disuse" )
Bahwa hubungan antara stimulus
dan respon melemah bila latihan dihentikan
3. Hukum akibat (the law of effect)
Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya
memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan.
Lima Hukum Tambahan Thorndike
A.
Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Melalui proses trial and error seseorang akan terus melakukan respons
sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
B.
Set atau attitude, situasi di dalam diri individu
yang menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu
tersebut. Proses belajar berlangsung dengan baik bila situasi menyenangkan dan
terganggu bila situasi tidak menyenangkan.
C.
Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of
elements) yaitu manusia memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam belajar
harus diperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan
berbeda untuk orang yang berbeda.
D.
Prinsip Response by analogy atau transfer of training.
Yaitu manusia merespon situasi yang belum pernah dialami melalui pemindahan
( transfer ) unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada
situasi baru. Dikenal dengan theory of identical elements yang menyatakan bahwa makin
banyak unsur yang identik, maka proses transfer semakin mudah.
E.
Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ). Yaitu proses peralihan suatu
situasi yang telah dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap,
dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur ( elemen ) baru dan
membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali sehingga unsur baru dapat
dikenal dengan mudah oleh individu.
4. Revisi Hukum Belajar dari
Thorndike
a.
Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan
saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons.
b. Hukum akibat (the law of effect) direvisi, ditemukan bahwa hadiah (reward) akan meningkatkan hubungan, tetapi
hukuman (punisment) tidak mengakibatkan
efek apa-apa.
efek apa-apa.
c.
Belongingness, yaitu terjadinya hubungan
stimulus-respon bukannya kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua
hal tersebut. Situasi belajar akan
mempengaruhi hasil belajar.
mempengaruhi hasil belajar.
d.
Spread of effect, yaitu bahwa akibat dari suatu perbuatan
dapat menular.
5. Penerapan Teori Belajar
Koneksionisme
b.
Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akandicapai
harus dirumuskan dengan jelas, masihdalam jangkauan kemampuan siswa.
c. Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yanglebih penting ialah adanya
respon-respons yangbenar terhadap stimuli.
d. Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balikbagi guru, apakah proses
pembelajaran sudahsesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
e. Siswa yang sudah belajar dengan baik segeradiarahkan.
f. Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata,sehingga terjadi
transfer dari kelas ke lingkunganluar.
g. Materi pembelajaran yang diberikan harus dapatditerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
h.
Tugas yang melebihi kemampuan peserta didiktidak
akan meningkatkan kemampuan siswa dalammemecahkan permasalahannya.
II. Teori belajar classical conditioning
Eksperimen
Pavlov dapat diterangkan berikut ini :
- US UR
- CS1+ US1 UR1
- CS2+ US2 UR2
- CS32+US32 UR32
- CSn CRn
Keterangan :
Ø US
(unconditioned stimulus) : Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung
menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan
air liur.
Ø UR
(unconditioned respons) : respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya
US, misalnya air liur anjing keluar karena anjing melihat
Ø daging.
Ø CS
(conditioning stimulus) : stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung
menimbulkan respon, agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US
secara terus menerus agar menimbulkan respon. Misalnya Bunyi bel akan
menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
Ø CR (conditioning respons) : respons bersyarat, , yaitu
respon yang muncul dengan hadirnya CS. Misalnya : air liur anjing keluar karena
anjing mendengar bel.
Ø Kemungkinan proses yang menyertai
:
Ø Proses extinction yaitu proses hilangnya respons
yang diharapkan. Terjadi apabila pemberian CS tanpa adanya US terus-menerus
diberikan sehingga kadar CR makin menurun, dan dapat hilang sama sekali.
Ø Spontaneous
recovery, yaitu CR
yang hilang setelah extinction akan muncul kembali apabila US diberikan lagi.
Ø Asimtot kurve belajar, yaitu keadaan dimana pengulangan
CS-US tidak menyebabkan penambahan kekuatan CR (Tingkat CR stabil).
Ø Generalisasi, yaitu kecenderungan organisme
memberi respon tidak hanya pada stimulus yang dilatihkan, tetapi juga pada
stimulus lain yang berhubungan, misalnya anjing yang dilatih untuk mengeluarkan
air liur dengan cara mendengar nada tertentu, setelah berhasil dia juga
mengeluarkan air liur kalau mendengarkan nada yang lebih tinggi atau lebih
rendah.
Ø Diskriminasi yaitu keadaan organisme hanya
memberi respon pada stimulus tertentu, sehingga tidak memberi respon pada
stimulus yang lain, walaupun stimulus tersebut berhubungan dangan stimulus
sebelumnya.
Ø Conditioning
tingkat tinggi (higher
order
conditioning), yaitu conditioning yang sangat tinggi dimana CS dipasangkan dengan CS lain
sudah menimbulkan respon yang diinginkan.
Penerapan teori conditioning dalam belajar
Kalau mata pelajaran termasuk CS,
sikap guru termasuk US, dan respon siswa termasuk UR atau CR, maka akan terjadi
hal sebagai berikut :
Ø Mata pelajaran Matematika ( CS )
+ guru yang baik (US) — siswa mempunyai respon positif (UR), yang berarti siswa
senang pada cara guru mengajar matematika dengan baik. Kalau hal ini dilakukan
berkali-kali, maka akan terjadi : mata pelajaran Matematika (CS) siswa mempunyai respon positif terhadap
mata pelajaran Matematika (CR).
Ø Matematika (CS) + guru otoriter
(US) — respons siswa negatif (UR). Kalau hal ini dilakukan berkalikali, maka akan terjadi hal sebagai
berikut : mata pelajaran matematika (CS) -<
respons siswa terhadap mata pelajaran matematika negatif (CR).
Teori belajar operant conditioning (Skinner)
Ada dua macam respons, yaitu :
Respondent respons, yaitu respons yang ditimbulkan
oleh perangsang tertentu. Respon ini timbul karena didahului perangsang
tertentu (eleciting stimuli), menimbulkan respons secara relatif menetap.
Misalnya makanan hanya dapat menyebabkan keluarnya air liur.
Operant respons atau instrumental respons. Perangsangnya disebut reinforcer yaitu respon yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Respons ini memperkuat
respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Jadwal reinforcer Skinner
Continuous
reinforcer ( CRF ), Dalam CRF, setiap respons ada reinforcer / reward.
Fixed
interval reinforcer ( Fl)
Setiap interval waktu tertentu, secara fix diberi hadiah / reinforcer.
Misalnya, setiap tiga menit, diberi hadiah, sehingga interval waktunya sebagai
berikut : 3 menit — 6 menit — 9 menit — 12 menit dan seterusnya.
Fixed ratio reinforcer (FR), setiap perbandingan yang
fix, diberi hadiah. Misalnya, setiap tiga kali tikus menekan tombol, diberi
hadiah satu. Setiap enam kali tikus menekan tombol diberi hadiah dua kali
lipat, setiap tikus menekan tombol sembilan kali, diberi hadiah tiga kali
lipat, dan seterusnya.
Variabel interval reinforcer ( Vl ), pada Vl, tiap waktu
bermacam-macam, diberi hadiah.
Variabel ratio reinforcer ( CR ), setiap berapa kali tidak
tentu, diberi hadiah. Jadi kadang-kadnag diberi hadiah dan kadang-kadang tidak
diberi hadiah dalam waktu yang tidak tentu.
Dari berbagai jadwal pemberian
reinforcer ini, ternyata kecepatan berespons paling tinggi, ialah VR, kemudian
FR, selanjutnya Vl, berikutnya Fl, dan yang paling tidak cepat ialah CRF.
b. Penerapan Teori Skinner dalam
belajar
Hasil belajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
Proses belajar harus mengikuti
irama dari yang belajar.
Materi pelajaran, digunakan
sistem modul.
Dalam proses pembelajaran, lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
Dalam proses pembelajaran, tidak
digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya
hukuman.
Tingkah laku yang diinginkan
pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya
jadwal variable rasio reinforcer.
Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
3. Teori Belajar Humanistik
Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik ialah
:Membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan mewujudkan potensi-potensi yang ada pada
diri.
Tokoh penting teori belajar
humanistik:
a. Arthur Combs
b. Abraham Maslow
c. Carl Rogers.
a. Belajar menurut Arthur Combs
Bahwa dalam memahami perilaku
orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang tersebut. Perilaku buruk
itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
b. Belajar Menurut Maslow
Asumsi dasar : bahwa manusia
memiliki
Suatu usaha yang positif untuk
berkembang.
Kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu(Maslow,1968).
Hirarki Kebutuhan Maslow
c. Belajar Menurut Rogers
Yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu :
Menjadi manusia berarti memiliki
kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal
yang tidak ada artinya.
Siswa akan mempelajari hal-hal
yang bermakna bagi dirinya
Pengorganisasian bahan pengajaran
berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang yang bermakna
bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam
masyarakat modern berarti belajar tentang proses
Prinsip-prinsip Dasar Humanistik,
Dalam buku Rogers "Freedom To Learn"
a. Manusia itu mempunyai kemampuan
belajar alami.
b.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materipelajaran
dirasakan murid empunyai relevansitujuan sendiri.
c. Belajar menyangkut perubahan persepsi mengenaidiri sendiri dianggap
mengancam dan cenderungditolak.
d.
Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudahdirasakan
dan diasimilasikan bila ancaman dari luaritu semakin kecil.
e. Bila ancaman terhadap diri siswa rendah,pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai caradan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa denganmelakukannya.
g. Belajar diperlancar dengan melibatkan aktivitassiswa dan tanggung jawabnya.
h. Belajar atas inisiatif siswa sendiri dan melibatkanpribadi siswa seutuhnya
merupakan cara yangdapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswadibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinyasendiri.
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial adalah
belajar mengenai proses belajar.
Demikianlah Teori Belajar Behavioristik, semoga bermanfaat.
Ditulis oleh:
Unknown - Friday, February 22, 2013
Belum ada komentar untuk "Teori Belajar Behavioristik"
Post a Comment